KOMITE SEKOLAH DIBUBARKAN?
Oleh
BAMBANG RUWANTO
Pada diskusi terbatas kerja sama
antara Kompas DIY dan Laboratorium
Dakwah (Labda) Yayasan Shalahuddin, Rabu (22/7), di Yogyakarta, para peserta
menyoroti tentang peran komite sekolah yang kadang hanya menjadi alat sekolah
untuk meminta sumbangan dari orang tua murid (Kompas, 25/7). Diberitakan
pula bahwa ada gagasan supaya komite sekolah dihapus saja, diganti dengan
akuntan independen. Layangan pesan singkat (SMS) warga dengan nomor 0852929307xx
yang dimuat di Kompas (1/8) juga
setuju apabila dibentuk komite tidak tetap dari TK-SMA, sebab banyak komite
sekolah yang hanya sekadar tukang cap. Benarkah komite sekolah hanya sekadar
alat sekolah sekaligus tukang cap?
Dasar hukum pembentukan komite
sekolah adalah Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tanggal 2
April 2002. Dalam Keputusan Menteri itu disebutkan tujuan dan peran komite
sekolah. Salah satu tujuan dibentuknya komite sekolah adalah untuk meningkatkan
tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan. Sedangkan peran komite sekolah antara lain, sebagai lembaga
pemberi pertimbangan (advisory agency)
dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan; sebagai lembaga pendukung
(supporting agency), baik yang
berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; dan
sebagai lembaga pengontrol (controlling
agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
pendidikan. Jadi, komite sekolah sebenarnya memiliki peran yang sangat
strategis dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan
tertentu. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, komite sekolah dapat
memberi masukan, saran, pertimbangan, dan rekomendasi kepada sekolah berkaitan
dengan program sekolah, Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah
(RAPBS), kriteria tenaga kependidikan (misalnya, pengangkatan guru tidak tetap
untuk membina kegiatan ekstrakurikuler), kriteria buku pelajaran yang
digunakan, dan sebagainya.
Mencermati peran komite sekolah yang
telah disebutkan di atas, komite sekolah sebenarnya memiliki tugas yang sangat
mulia. Sebagai lembaga pemberi pertimbangan, komite sekolah dapat berdiskusi
dengan pihak sekolah mengenai program sekolah yang akan dilaksanakan. Sebagai
lembaga pendukung, komite sekolah dapat memberikan bantuan pemikiran dalam hal pengelolaan
keuangan, misalnya pengelolaan dana BOS. Sebagai lembaga kontrol, komite
sekolah hendaknya dapat menjamin bahwa
sekolah memiliki transparansi dalam segala bidang.
Adanya usulan bahwa komite sekolah
dibubarkan menunjukkan bahwa komite sekolah yang ada selama ini belum berfungsi
dengan baik. Melihat perannya yang sangat strategis dalam dunia pendidikan,
komite sekolah perlu lebih diberdayakan. Sebelum seseorang menyanggupkan diri
sebagai anggota komite sekolah, ia harus menyadari peran dan fungsinya. Menjadi
komite sekolah harus berani bekerja sebagai relawan. Bekerja tanpa mengharapkan
upah, bukan sebaliknya. Gagasan supaya
komite sekolah dihapus saja dan diganti dengan akuntan independen, sebenarnya
muncul karena komite sekolah belum bekerja sesuai dengan peran dan fungsinya.
Jadi, yang perlu dilakukan adalah menyadarkan komite sekolah akan peran dan
fungsinya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan
tertentu. Apabila komite sekolah berfungsi dengan baik, anggapan bahwa komite
sekolah hanya sebagai alat sekolah sekaligus tukang cap akan hilang dengan
sendirinya.
Pengalaman Sekolah Swasta
Seperti
diuraikan oleh Ki Supriyoko (Kompas,
28/7), saat pemerintah menjalankan kebijakan sekolah gratis, yang hanya berlaku
di sekolah negeri, pemerintah telah “membunuh” sekolah swasta. Masyarakat akan
menyerbu sekolah negeri, dengan meninggalkan sekolah swasta. Hal ini sangat
dirasakan oleh sebuah sekolah dasar (SD) swasta, sebut saja namanya SD Swasta, di
Kabupaten Kulon Progo. Di SD Swasta itu kebetulan penulis menjadi salah satu
anggota komite sekolah. Sungguh sangat berat tantangan sekolah swasta
menghadapi kebijakan sekolah gratis. Ketika pemerintah belum mengeluarkan
kebijakan sekolah gratis, SD Swasta ini merupakan salah satu sekolah swasta yang
menjadi pilihan masyarakat. Akan tetapi, mulai tahun ajaran 2009/2010 SD Swasta
ini sangat merasakan akibat kebijakan sekolah gratis. Satu kompleks dengan SD Swasta
ini terdapat pula taman kanak-kanak. Kedua jenjang pendidikan ini dikelola oleh
yayasan yang memiliki semangat preferential
option for the poor. Sebelum
kebijakan sekolah gratis, hampir sebagian besar lulusan taman kanak-kanak secara
otomatis melanjutkan ke sekolah dasar yang berada dalam satu kompleks. Akan
tetapi, lulusan taman kanak-kanak itu sekarang banyak yang mendaftar ke sekolah
negeri. Ki Supriyoko benar bahwa tidak semua warga masyarakat berorientasi pada
mutu (quality orientation), tetapi pada
ekonomi (economical orientation).
Akibatnya, ketika sebuah sekolah tidak lagi gratis, tidak semua warga mampu
bertahan di sekolah itu. Akhirnya, banyak sekolah swasta yang tutup akibat
kekurangan murid.
Untuk mempertahankan keberadaan SD Swasta
di atas, menjelang penerimaan peserta didik baru komite sekolah beserta para
guru sepakat mengadakan sosialisasi (tepatnya, promosi) ke kampung-kampung atau
komunitas-komunitas tertentu untuk menjelaskan kepada warga bahwa proses
pendidikan memerlukan peran serta masyarakat, khususnya dalam hal pembiayaan.
Singkatnya, dengan kerja keras para anggota komite sekolah, SD Swasta masih
tetap menjadi pilihan masyarakat, meskipun tidak gratis. Setelah
memperoleh siswa baru, tantangan komite sekolah belum berakhir. Komite sekolah
bersama-sama dengan sekolah masih memikirkan cara mencari donatur untuk dapat
meringankan beban SPP. Sebab sesuai
dengan semangat preferential option for
the poor, sekolah akan meminta orang tua membayar SPP sesuai kemampuan.
Uraian di atas hanya sebuah kasus di
sekolah dasar swasta tertentu. Akan tetapi, persoalan yang dihadapi sekolah
swasta, khususnya sekolah swasta yang dikelola oleh yayasan yang kemampuan
finansialnya pas-pasan, tentu tidak jauh berbeda. Anggota komite sekolah di
sekolah swasta tidak dapat hanya sekadar menjadi alat sekolah sekaligus tukang
cap. Justru sebaliknya, komite sekolah di sekolah swasta harus benar-benar
berani berjuang untuk kemajuan sekolah. Menjelang tahun ajaran baru, komite sekolah di sekolah swasta harus ikut memikirkan
supaya sekolahnya tidak gulung tikar karena kekurangan murid. Komite sekolah
masih diperlukan, setidaknya di sekolah swasta.
BAMBANG
RUWANTO,
Anggota Komite Sekolah
sebuah sekolah swasta
di Kabupaten Kulon Progo
Harrah's Kansas City Casino & Racetrack - JTM Hub
BalasHapusHarrah's Kansas City Casino & Racetrack. 1 동해 출장마사지 Harrah's Blvd. North 경상남도 출장샵 Kansas City MO 속초 출장마사지 63116. (563) 851-7100. Visit 부산광역 출장안마 Website. 경상남도 출장안마